Dear All,
Setelah beberapa moderator disini terkena sempritan om klbid, nampaknya tinggal tunggu waktunya saja giliran team KOI-S Magazine merasakan hal yang sama. Sehubungan dengan itu perkenankan saya atas nama Team KOI-S Magazine dengan segala keterbatasan yang ada menjawab berbagai masukan dari Yang Terhormat om Klbid.
Saya menghargai upaya untuk mengambil salah satu contoh kasus, tetapi untuk memberikan masukan yang demikian keras seperti sebaiknya menggunakan setidaknya enam edisi secara acak. Saya tidak tahu apakah sampel ini diambil secara acak atau kebetulan saja edisi ini yang dimiliki om klbid, tetapi baiklah kita berpikiran baik saja bahwa memang om klbid menggunakan edisi ini sebagai sampel karena ini adalah edisi yang terbaik dalam berbagai aspek.
Membandingkan harga majalah secara aple to aple sebaiknya ikut mempertimbangkan faktor lain seperti kualitas kertas, content, oplag dan juga misi yang diemban majalah tersebut. Yang paling pas bila om Klbid membandingkan KOI-S Magazine dengan majalah sejenis seperti Bulletin APKI, tetapi om Klbid lupa memasukannya ke dalam daftar sehingga saya yang tadinya tidak mau tahu isu tentang om klbid jadi terpaksa ikut menduga – duga, siapa sebenarnya om Klbid ini.
KOI-S Magazine adalah alat bagi KOI’s untuk mencapai tujuan utamanya yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas penggemar koi . Mengapa Majalah? Tentu saja ada alasannya. Setelah meluncurkan Forum KOI’s pada awal tahun 2007, beberapa founder merasakan masih banyak penggemar koi yang belum terhubung dengan komunitas ini. Utamanya mereka yang karena berbagai alasan tidak bisa mengakses internet. Untuk membangun hubungan dengan mereka akhirnya diputuskan membuat majalah yang secara teoritis lebih mudah dijangkau. Tidak ada satupun dari para founder yang sebelumnya punya pengalaman mengelola majalah tetapi karena keinginan kuat untuk mencapai tujuan itu maka majalah pun dirilis pada September 2008 dengan seadanya saja (saya bersyukur edisi perdana tidak menjadi sampel, karena kalau tidak bakal babak belur team ini dijewer om klbid).
Kondisi ini ternyata membuat blessing in disguise. Dengan naïf tim ini membangun strategi membuat oplag sebanyak – banyaknya (ketika itu sudah 5,000 eks) padahal kita tidak tahu kemana majalah itu akan disitribusikan. Kita cuma berkeinginan menyebarluaskan majalah ini ke penjuru Nusantara tanpa punya perhitungan tentang daya serapnya. Anda bisa bayangkan, kita kirim majalah ini ke luar Jawa sekitar 20% dari oplag ketika itu dan yang laku di bawah 10% dari yang terkirim. Edisi 1 dan 2 adalah edisi paling kelam dalam sejarah KOI-S Magazine, tetapi kita tidak kapok karena kita punya tujuan yang ingin dicapai. Pola seperti ini berlangung sampai sekarang. Sebagai contoh 10 eksemplar majalah dikirim ke Papua dan hanya satu eks yang laku. Biaya pengiriman dan cetak majalah sudah melebihi harga jualnya. Nah dengan misi seperti itu majalah ini mencoba untuk survive termasuk dengan set up harga yang diklaim om klbid mahal. Point dari uraian ini adalah Anda tidak bisa langsung menjudge harga mahal atau murah tanpa ikut membandingkan kualitas kertas, oplag, sebaran distribusi dan tentu saja misi yang ingin dicapai.
Untuk diketahui saja dari harga jual itu, 20 – 25% sudah diambil agen, sekitar 40% lari ke distributor, 15% distribusi dan penerbit Insya Allah mendapatkan sekitar 20%. Jumlah ini masih belum menutupi biaya retur, apalagi biaya cetak majalah. Penetapan harga dibawah itu untuk sementara bak tindakan bunuh diri karena bisa – bisa kita malah ikut menanggung biaya agen dan distribusi padahal untuk biaya cetak aja kita masing ngos2an.
Saya tidak mengerti perihal majalah. Sama sekali bukan bidang saya sebelumnya, tetapi kolega saya dari majalah yang sudah establish menyebutkan idealnya majalah bisa survive bila 30% dari jumlah halamannya terisi slot iklan. Perbandingan iklan di KOI-S Magazine jauh dibawah jumlah ideal tersebut dan terus terang saja nilainya hanya mampu menutupi 60 – 80% dari biaya produksi. KOI-S Magazine bisa tetap survive karena kreatifitas dari anggota Team yang membuat event dan bentuk – bentuk trade promo lain untuk mengurangi defisit. Kualitas tagihan juga tidak baik, tidak semua membayar iklan tepat waktu, sekitar 50% pengiklan membayar dengan komposisi 2 – 3 edisi berikutnya. Dengan jumlah pengiklan terbatas, biaya iklan relative murah, dan kualitas tagihan kurang baik saya sedikit heran dengan perhitungan matematis Anda. Dan yang lebih membingungkan lagi dari simplifikasi perhitungan seperti itu Anda langsung merumuskan sebuah kesimpulan.
Edisi 14 yang Anda ambil sebagai sampel dicetak pada tahun 2010. Pada tahun itu kita memang memasok target 100 halaman. Kita memanfaatkan secara bijak setiap kenaikan pengiklan dan mengalokasikannya untuk kenaikan tambahan halaman. Saya sudah berkali – kali membuat statement ini di forum, tetapi Anda nampaknya lebih tertarik untuk mempropagandakan sesuatu yang baik tentang pihak lain daripada sesuatu yang baik yang dikerjakan team ini. Bila saja Anda tidak tergesa – gesa membuat kesimpulan dari satu edisi, tetapi juga membandingkan dengan edisi terakhir kami (yang sudah 120 halaman), maka saya percaya Anda akan malu mengambil kesimpulan matematis seperti ini.
Saya berharap latar belakang Anda adalah sorang desainer, karena yang Anda kritisi di bagian ini adalah domain mereka. Tidak ada pemborosan halaman, desainer paham betul bahwa majalah ini bukan majalah reportase seperti TEMPO, misalnya, tetapi lebih ke majalah hiburan yang edukatif yang ingin membangun kegemaran ini sebagai sesuatu yang mencerminkan gaya hidup, kesenangan dan bisnis. Desainer menterjemahkan semuanya dalam desain, terkadang halaman kosong terpaksa ada karena dari sisi estetika itulah yang terbaik ketika menghadapi dilemma materi yang ada. Anda tidak mempertanyakan, bukankah bisa saja desainer memperbesar font atau foto bila ingin melakukan pemborosan halaman, tetapi itu tidak dilakukan karena sisi estetikanya tidak bisa didapat. Saya bukan desainer, maka saya tidak pernah mau mencampuri hal yang menjadi domain mereka.
Ada pepatah mengatakan “Memecik air di dulang terpecik muka sendiri”. Saya rasa pepatah ini dengan tepat menjelaskan perilaku Anda ketika melakukan kritisi di bagian ini. Om abi serpong bukan anggota team KOI-S Magazine, coba Anda simak dalam struktur pengurus majalah ini apakah ada nama beliau disana. Bahwa beliau adalah KOI’s founder adalah benar tetapi apakah lantaran itu dia tidak boleh mengapresiasikan koi-nya? Kita bisa berdebat panjang disini…
Saya bingung memilih kata – kata untuk mejelaskan soal quiz pada halaman 83 yang tidak akan mempermalukan Anda. Halaman 83 adalah iklan dari BOSSCO. Mereka mengiklankan kegiatan quiz yang pernah mereka adakan dan secara kebetulan yang menjadi pemenangnya, om Will, Glen dan saya. Menurut mereka kita bertiga adalah yang paling serius mengikuti kegiatan ini. Tetapi apakah lantaran itu saya berkuasa melarang mereka mengiklankan kegiatannya? Kalau jeli Anda bisa melihat bahwa kegiatan itu pernah diposting di forum ini, tetapi saya berani bertaruh bahwa Anda lebih senang membangun image Anda sendiri dengan postingan yang aneh aneh dan image pihak yang Anda dukung daripada memperhatikan forum seperti ini.
Kritik Anda di bagian ini terus terang yang paling ngawur tetapi paling menyerang kredibilitas Team KOI-S Magazine. Saya tidak enak membacanya, dan celakanya saya memaknai ini sebagai sebuah penghinaan. Saya tahu persis kredibilitas teman - teman saya, Dan saya tidak rela Anda memperlakukan mereka seperti ini....
Kalau di bagian ini memang sudah saya akui berkali – kali adalah kelemahan saya pribadi. Sukar mengelola majalah dengan budget rendah apalagi bila Anda juga punya pekerjaan lain yang mesti dikerjakan. Pekerjaan yang justru lebih diprioritaskan karena merupakan periuk nasi keluarga. Tetapi tentu saja ini bukan excuse, saya hanya berusaha agar hal – hal seperti ini kedepannya akan semakin minimal.
Bagian ini idem dengan kritik No. 3 dan saya tidak akan mengulangi membahasnya. Mungkin saja ke depan akan ada perubahan tetapi percayalah itu bukan karena kritik Anda tetapi lebih karena perubahan konsep majalah
Ini juga masih menjadi kelemahan utama, saya pernah menjelaskan sebabnya di forum lain. Silakan Anda mencari tahu, saya yakin Anda akan mendapatkannya bila saja Anda tidak terlalu asyik dengan diri sendiri sehingga tidak akan mengktitisi sesuatu yang sudah pernah disampaikan.
Ini kesalahan redaksional dan tidak terjadi pada setiap edisi.
Bagian saran adalah yang paling anti klimaks dari postingan ini. Setelah dibangun premis yang begitu “dahsyat” seolah – olah didukung “riset”, tiba – tiba bagian ini disusun dengan tergesa – gesa. Beberapa hal dari saran ini saya akui benar dan saya akan ambil untuk perbaikan tetapi selebihnya saya anggap “joke” saja. Misalnya saja apakah Anda dapat memperjelas bagaimana mengambil kesimpulan harga harus Rp 30,000. Anda tahu biaya cetak majalah ini sekitar Rp 12,000, diskon agen Rp 7,500, distributor Rp 12,000, belum lagi biaya kirim, biaya retur, dsb? Anda bersedia menanggung kekurangannya? Inilah yang saya sebut ngawur dan asbun.
Mengapa saya begitu keras merespons postingan ini? Ketika pertama kali diberi link forum ini saya gembira karena sepertinya dilakukan dengan riset yang baik, tetapi ketika malam ini saya memaksakan diri menyediakan waktu untuk menjawabnya, saya benar – benar kecewa dengan ala riset ini. Anda telah bersusah payah melakukan riset, tetapi saya merasa Anda tidak tulus. Kritikan ini lebih untuk kepentingan ego Anda atau mungkin kepentingan pihak lain? Sebelum postingan ini, saya tidak pernah mau membeli hal – hal negatif tentang Anda yang sempat dikemukakan beberapa teman di forum ini. Anda bisa melihat dari postingan saya, adakah yang menyerang Anda? Tetapi malam ini untuk pertama kalinya saya sependapat dengan mereka, bahwa Anda sesungguhnya “asbun”, bung Rudi...
Bookmarks