Understanding Mako
Momotaro Koi Farm adalah penangkar koi papan atas Jepang, yang dikomandani Michio Maeda dibantu anak lelakinya Daisuje Maeda. Momotaro didirikan tahun 1993, setelah sebelumnya selama bertahun – tahun Maeda dikenal sebagai dealer koi. Momotaro bermimpi menjadi penangkar top di Jepang yang hanya menghasilkan koi – koi berkualitas tinggi. Maeda yakin mimpi hanya bisa diraih melalui indukan – indukan jumbo berkualitas. Itulah mengapa momotaro memelihara dan hanya menggunakan “parent stock” berukuran di atas 90 cm saja.
Berbilang tahun kemudian, konsistensi mengejar mimpi membuat Momotaro terkenal. Sejarah mencatat hasil ternakannya bisa mencapai 55 cm pada saat tosai, 73 cm pada saat nisai dan 84 cm pada saat sansai. Torehan sejarah perjalanan panjang Momotaro juga mencatat Momotaro sebagai penghasil varietas Taisho Shanshoku berkualitas. Predikat tersebut diraih berkat dua indukan sanke legendaris momotaro: “Ryu” dan “Mako”
Tentang Mako
Mako dilahirkan dari indukan magoi. Pada masanya banyak penangkar yang menggunakan magoi sebagai indukan untuk mendapatkan anakan koi berukuran jumbo. Tetapi hanya beberapa yang berhasil, yang lainnya berakhir dengan tinta merah penuh kegagalan. Dari indukan magoi ini, umumnya banyak kawarimono yang dilahirkan. Tetapi untuk generasi Mako, Maeda berhasil mendapatkan sekitar 600 sanke. Keberhasilan yang dinyatakan Maeda sebagai “A good yields recovery was a characteristic of the Mako”
Generasi Mako sungguh penuh kejutan. Sebagian besar mereka tumbuh dan berkembang menjadi koi jumbo pada usia muda. “Yuhi”, saudara perempuan Mako, bahkan berhasil menggegerkan jagat koi dengan keberhasilannya menyabet gelar Grand Champion pada 34th All Japan Combined Nishikigoi Show 2001. Koi koleksi Nabuo Takigawa itu menyabet gelar tersebut saat berukuran 101 cm!!
Sayangnya, Mako tidak pernah ikut menikmati kedigdayaan saudara perempuannya. Meski dibesarkan bersama selama bertahun – tahun, Mako meninggalkan alam fana terlebih dahulu dengan cara yang teramat mengenaskan. Mako tewas setahun sebelum saudara perempuannya mencapai kemasyuran (2000). Koi yang pada waktu itu sudah mencapai ukuran 92 cm menjemput ajal dengan cara melompat setinggi 1,5 m dari vat berketinggian 1 m. Sungguh sangat mengenaskan!!
Momotaro terguncang, Maeda bersedih. Mako tewas hanya kurang dari sebulan setelah menetaskan keturunan keduanya. Seakan ingin berbakti kepada sang bunda, mako - mako muda ini pamer kedahsyatan setahun kemudian. Sejarah tidak pernah lelah mencatat betapa kematiannya kemudian mengungkap sisi legendarisnya
Generasi Pertama
Sepanjang hayatnya, Mako hanya dua kali dipijahkan. Keturunan pertama Mako tidak menimbulkan impresi sehingga sang maestro menjual hampir seluruh anakannya. Namun kali ini Maeda harus mengakui kesalahannya. Memasuki usia nisai keturunan pertama Mako bertransformasi menjadi koi – koi nan cantik.
Maeda menjelaskan pada usia nisai pola merah yang ketika tosai terlihat berserakan dan terpisah – pisah satu sama lainnya mulai menebal sehingga terlihat menyatu. Beberapa koi yang pada nisai pola merahnya masih berserakan menunjukan kecenderungan yang sama pada musim panen berikutnya. Generasi pertama mako menunjukan kecenderungan pertumbuhan pola merah yang gradual, kalah cepat dibandingkan sanke keturunan indukan yang lain
Generasi Kedua
Perkembangan generasi kedua keturunan Mako senderung mirip induknya. Anakan berkualitas dari generasi ini jumlahnya dua kali lebih banyak. Maeda menggambarkan: “Biasanya kami hanya memilih 7 – 8% pada seleksi pertama, tetapi khusus untuk anakan Mako generasi kedua yang terseleksi mencapai 15%”
Pola merah generasi kedua Mako masih terlihat tipis dan terpisah – pisah namun secara bertahap menebal seiring dengan usianya. Yang membedakan mako generasi pertama dan kedua adalah sumi, dimana sumi pada generasi kedua terlihat “strong” sejak tosai dan model “spot”nya terlihat cenderung melebar di seperti showa.
Generasi kedua inilah yang membuat nama Mako melegenda. Pertumbuhannya sangat cepat dan cenderung super gigantic seperti Yuhi, sang bibi. Salah satu dari generasi kedua Mako mencapai 70 cm dalam waktu 17 bulan! Mako generasi kedua ini lahir pada akhir Juni 2000 atau hanya beberapa saat sebelum kematian tragis sang bunda tercinta
Maeda sendiri tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Koi terbesar dalam generasi kedua mako adalah jantan. Pertumbuhannya bahkan melebihi 70 cm dalam kurun waktu yang sama” jelas Maeda
Maeda menambahkan keturunan Mako ini tidak hanya panjang tetapi memiliki bahu/sayap yang lebar. Keindahan koi harus dilihat secara menyeluruh dan merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Keturunan Mako mempunyai karakteristik gabungan antara pertumbuihan yang cepat, strong sumi dan pola merah yang secara gradual semakin menebal.
Untuk melihat bagaimana kecepatan tumbuh keturunan Mako, bandingkan dengan anakan dari indukan lain. Sebut saja “Sisoko”. Anakan sisoko mencapai ukuran 70 cm dalam kurun waktu 3 tahun, tetapi keturunan mako mencapai ukuran yang sama kurang dari 2 tahun!!
Keturunan Mako terlahir dengan anugerah berupa struktur tulang yang kuat. Nafsu makannya besar, hampir tiga kali dari koi anakan indukan lain yang dibesarkan dalam satu kolam. Pernah ketika memasuki usia dua tahun (1991), beberapa keturunan Mako yang ukurannya masih di bawah 50 cm ditempatkan dalam kolam lumpur bersamaan dengan koi - koi jumbo berukuran 80 cm. Ini hal yang tidak biasa. Umumnya penangkar atau penggemar menempatkan koi dalam satu kolam berdasarkan ukurannya dengan alasan kemampuan untuk memperoleh pakan. Tetapi mako – mako muda ini menunjukan kekuatannya, tepat pada saat berusia dua tahun pada musim panas berikutnya, mereka tumbuh dan rata – rata mencapai ukuran 70 cm!!
Diburu Penangkar Lain
Mako mulai melegenda sebagai indukan, ketika generasi keduanya diperkenalkan ke publik pada akhir tahun 2001. Pada saat itu jagad koi tercengang melihat koi dengan kombinasi pertumbuhan luar biasa, struktur badan kuat, pola merah tebal dan sumi sumi melebar tidak hanya berbentuk spot di beberapa tempat.
Sejak itu keturunan Mako terus diperbincangkan dan menjadi buruan penangkar lain. Mereka bertaruh pada nasib untuk mendapatkan keturunan sanke berkualitas melalui keturunan Mako. Beberapa penangkar muda sekaliber Taniguchi Koi Farm juga melakukan hal yang sama. Untuk mendapatkan sanke berkualitas, Taniguchi-san mengawinkan pejantan dan betina keturunan Mako. Beberapa keturunannya saat ini sudah menghiasi kolam beberapa penggemar koi di Indonesia melalui kegiatan “Taniguchi Sanke Keeping Contest”. Sungguh sebuah keberuntungan bisa mengoleksi keturunan Mako ini dan semoga bisa tumbuh layaknya sang bunda yang melegenda.
Foto: Mako (2000), saat - saat ajal menjemput:
(Dari Berbagai Sumber)
Bookmarks