MODIFIKASI SAND FILTER (SF) MENJADI BEAD FILTER (BF)
Referensi
Penggunaan Sand Filter sudah banyak dipergunakan sebagai filter utama kolam renang. Pada akhirnya, sand filter ini pun di gunakan sebagai bagian dari filter kolam koi. Alasan utamanya adalah SF berfungsi baik pada kolam renang.
Penggunaan Bead Filter masih kurang umum di Indonesia, entah kenapa, apakah karena harganya yang cukup mahal atau supplynya yang agak susah? Bead filter banyak digunakan sebagai filter kolam koi terutama di negara-negara eropa.
Pro dan kontra tentang keefektifan sand filter sebagai filter kolam koi, masih terus berlanjut. Beberapa diantaranya:
Pro SF
- SF hanya didesain untuk kolam renang, dimana water purifikasinya (=water quality) bukan pada SF melainkan pada peranan “chlorine-base chemical” atau “electrolyser” nya. Jadi SF hanya berfungsi mekanik saja. Sehingga kalau dipakai untuk kolam koi harus didukung dg filter biologi yang memadai, dg kata lain SF tidak bisa dijadikan filter utama.
In this way the water remains perfectly safe to swim in because the chlorine kills all the harmful bacteria and sanitises the water. Lots and lots of potentially harmful bacteria would otherwise build up in a swimming pool and many of these would come from inside the filter.
- SF menggunakan media pasir silika yang kerapatannya cenderung tinggi. Hal ini menyebabkan diatas permukaan pasir terjadi akumulasi debris/kotoran yang pada beberapa tempat akan menghalangi air turun ke dalam pasir. Daerah pasir di bawah permukaan yang tertutup kotoran kemungkinan tidak dapat dilalui air sehingga tidak terjadi water flow. “The Dead Spot” yang cenderung anaerobic ini potensial hidup bakteri heterotropik (patogen). Backwash SF secara rutin setiap hari, bagi sebagian orang diyakini dapat menghilangkan dead spot ini. Tapi apakah kita yakin bahwa putaran air backwash akan mengaduk pasir dan membuang bakteri patogen secara sempurna? Bukankah kondisi ini akan timbul kembali saat filter dioperasionalkan kembali setelah backwash? Belum lagi kalau backwashnya jarang dan tidak rutin. Alih-alih mengurangi amonia, malah sebaliknya diam-diam kita berternak bakteri patogen di SF.
- Sejalan dengan tekstur pasir silika sebagai media statis yang dilalui air dan sifat air yang cenderung mencari “jalan yang mudah untuk mengalir”, akan terjadi kondisi “water channelling”. Sekali muncul channell pada paparan pasir, air akan selalu melalui lorong/lobang ini dan dengan cepat mengalir tanpa terfiltrasi sempurna. Sedangkan daerah yang tidak dilalui air akan menjadi dead spot.
- SF membutuhkan pompa yang sangat kuat dan bertekanan (high pressure) untuk melalukan air kotor agar tersaring oleh pasir. Ini membutuhkan watt yang besar. Penggunaan terus menerus dan frekuensi backwash tentunya akan boros listrik.
Pro BF
- BF menggunakan media yang ringan, mengapung di air, sehingga tidak ada dead spot. Media yang digunakan biasanya Kaldness atau helix (versi murahnya). Karena media ini bergerak terus, maka daerah operasionalnya lebih efektif. Yang terpenting adalah SSA nya cukup besar sehingga efektif sebagai tempat koloni bakteri aerob. Dengan kata lain, BF juga berfungsi sebagai Biologi filter.
- Untuk Backwash nya BF dilengkapi dengan aerasi, sehingga bubble nya membantu mengaduk media dengan sempurna.
- BF menggunakan pompa air yang biasa dipergunakan di kolam koi, tidak perlu bertekanan tinggi, shg lebih hemat listrik
Terlepas dari pro dan kontra tsb, saya mencoba memodifikasi SF menjadi BF.
Perbedaan sistem kerja:
SF : Down Flow
BF : Up Flow
Definisi istilah:
Inlet = air masuk tangki, dari kolam
Outlet = air keluar tangki ke kolam
Tangki = tabung filter
Konsep Modifikasi:
Mengubah sistem arus air dari down flow menjadi up flow, tanpa mengubah / mengurangi fungsi muliport.
Langkah-langkah Modifikasi:
Modifikasi ini menyebabkan beberapa parts utama SF tidak digunakan (gambar, warna merah).
Bookmarks